Pengarang: Iris Krasnow
Penerbit: Serambi
Tebal: 319 halaman
Tahun terbit: 2006 (versi asli), 2008 (terjemahan)
Mencintai ibu kita kadang bukanlah suatu hal yang mudah. Terutama kalau kita sedang marahan dengan ibu kita, atau kita merasa bahwa ibu kita tidak sayang lagi kepada kita.
Pernah merasakan hal seperti itu? Cobalah untuk membaca buku ini. Di dalam buku ini ada 116 cerita dari 116 perempuan mereka tentang hubungan mereka dengan ibu mereka. Mulai dari yang biasa-biasa saja, yang sangat harmonis, sampai yang penuh dengan konflik. Tak hanya ibu kandung, hubungan mereka dengan ibu angkat atau ibu tiri, atau bahkan pencarian ibu biologis, semua ada. Diceritakan pula latar belakang singkat dari si anak perempuan dan juga ibu mereka, sebelum masuk ke kisah utama. Semuanya berujung pada satu inti: selagi masih ada kesempatan, luangkanlah waktu bersama ibu anda, karena saat-saat itu tidak akan terulang lagi untuk kedua kalinya.
Kelebihan: cerita-cerita di dalamnya beragam, ada yang unik, ada yang lucu, mengharukan, sampai menyedihkan. Walaupun temanya "hubungan anak perempuan dengan ibu mereka" tapi anak laki-laki juga tak ada salahnya membaca buku ini. Sebenarnya menurut saya, tak ada salahnya mencintai ibu kita (seperti yang dikatakan dalam buku ini), tapi ada baiknya kalau kita juga mencintai ayah kita seperti kita mencintai ibu kita, karena biar bagaimanapun, ayah kita juga orangtua kita.
Kekurangan: entah kenapa agak membosankan hingga saya membutuhkan waktu lebih dari 2 minggu untuk membaca buku ini (dan selama selang waktu itu, saya membaca buku-buku lainnya yang juga saya resensikan maupun tidak). Mungkin karena layoutnya yang menurut saya agak berantakan. Menurut saya buku ini akan lebih enak untuk dibaca kalau saja layoutnya seperti dalam serial "Chicken Soup". Di dalam buku ini, antara satu cerita dengan cerita lainnya terasa langsung, tanpa ada jeda halaman. Menurut saya lebih baik kalau satu cerita selesai dalam beberapa halaman, kemudian cerita lainnya di halaman berikutnya. Selain itu untuk kisah si penulis dengan ibunya, terasa melompat-lompat dan diulang-ulang, karena pada saat penulis menanggapi suatu kisah, tak jarang ia mengambil contoh hubungan dirinya sendiri dengan ibunya.
Nilai: 7,8/10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar